Beberapa Alasan Kenapa Wisatawan Kerap Memilih Gunung Daripada Pantai, Meski Mendaki Itu Sulit

Jakarta - Perdebatan gunung vs pantai sering menjadi topik obrolan sehari-hari. Tidak hanya di kalangan tourist, masyarakat awam pun kerap mengungkapkan pilihannya terhadap salah dua destinasi wisata paling terkenal itu.

Bahkan sampai ada yang menghubungkan pilihannya dengan kepribadian tertentu.

Misalnya, mereka yang memilih gunung dinilai lebih introvert sedangkan yang memilih pantai cenderung ekstrover

Padahal, belum tentu benar. Pilihan destinasi wisata tidak serta merta mengungkapkan kepribadian seseorang yang sangat kompleks.

Dalam obrolan sehari-hari, jumlah yang memilih pantai biasanya lebih banyak dibandingkan gunung.

Mereka memilih pantai ada yang karena tidak sanggup naik gunung, akses menuju pantai lebih mudah, debur ombak yang membuat rileks, sampai segarnya menyeruput kelapa muda langsung dari sumbernya.

Lalu, apa yang membuat gunung tetap dipilih meskipun jumlahnya lebih sedikit?


Tidak Semua Orang Sanggup Mendaki Gunung


Gunung dan pantai sama-sama bisa menyuguhkan view dengan keunikannya tersendiri. Namun, yang membedakan kedua destinasi ini adalah perjuangan untuk mencapainya.

Rupanya, kemudahan akses untuk menikmati pesona pantai tidak membuat pencinta gunung mengubah pilihannya. Karena dengan mendaki gunung, mereka bisa belajar banyak hal. Tidak hanya soal pendakian, melainkan kehidupan.

Sudah menjadi rahasia umum di kalangan pendaki bahwa puncak bukanlah hal utama yang harus diraih.

Sejatinya, persiapan fisik, perjuangan menapak setiap jalur pendakian yang semakin tinggi semakin menantang, mengatur persediaan makanan dan air mineral adalah pengalaman yang lebih berharga.

Tidak semua orang juga ingin direpotkan dengan membawa provider berat yang isinya tidak hanya barang pribadi tapi juga barang kelompok. Belum lagi perkiraan cuaca di gunung yang tidak menentu.

Kadang panas, hujan, bahkan badai. Kedinginan, jalur yang becek, kekuatan fisik yang semakin menurun membuat pendaki belajar cara bertahan hidup yang sesungguhnya di tengah alam phony.

Mendaki Gunung Berarti Belajar Menahan Ego


Kekuatan fisik setiap orang tentu berbeda. Ketika kamu masih kuat menanjak sementara salah seorang teman sudah hampir pingsan, di situlah momen kebersamaan yang sesungguhnya diuji.

Puncak di atas sana memang sangat menggoda. Biasanya pendaki punya estimasi waktu tertentu untuk sampai di puncak demi menikmati sunset atau sunrise.

Namun, seluruh rencana itu bisa gagal karena faktor-faktor tidak terduga yang terjadi di jalur pendakian.

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa jika kamu ingin mengetahui sifat asli seseorang, ajaklah dia naik gunung bersama. Ungkapan itu tercipta bukan tanpa alasan.

Ketika terhimpit kesusahan dan keterbatasan, lihatlah apakah orang itu akan memuaskan egonya demi keselamatan pribadi atau tetap memperhatikan kenyamanan bersama.

Pada Akhirnya Tidak Ada Pendakian yang Sia-sia


Butuh motivasi yang kuat untuk bisa terus melangkahkan kaki menyusuri hutan lebat, lumpur, tebing terjal, semak belukar, sabana yang gersang, hingga bisa mencapai puncak. Dalam setiap langkah pendaki, bayangan keindahan alam di atas sana selalu menyertai.

Hingga pada akhirnya, apa yang sudah ditunggu-tunggu telah tiba. Semua lelah dan pegal seakan lepas begitu saja ketika dimanjakan oleh scenic view alam ciptaan Tuhan.

Mungkin sering tidak disadari, diam-diam dari dalam hati, para pendaki gunung ini semakin menghargai sebuah proses. Karena mereka paham, di dalamnya ada perjuangan yang tidak mudah.

Tidak ada pendakian yang sia-sia sekalipun belum mencapai puncak. Ketika turun gunung mungkin barulah bisa menyadari bahwa yang paling seru untuk dikenang itu adalah perjuangan bertahan hidup di tengah alam liar daripada keindahan di puncak sana.

Memilih antara gunung atau pantai sebenarnya hanyalah perkara selera pribadi. Setiap wisatawan punya cara pandangnya sendiri.

Ingin menikmati indahnya alam tanpa bersusah payah? Silakan. Ingin berjuang dulu dan menantang diri sendiri untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, kenapa tidak?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepala Disparbud Bogor Mengatakan ada 5 Destinasi Wisata Favorit Para Wisatawan Pada Saat Liburan

Taman Nasional Kelimutu Ditutup Sementara Akibat Cuaca Buruk

Mengetahui Kehidapan Dan Rumah Tradisional Kaki Seribu Pegungungan Arfak Papua Barat